hello@santacruzindonesia.id

Cyclocross VS Gravel Bikes

Stigmata adventure setup – Photo: Roo Fowler

Sepeda cyclocros dan gravel menjadi bahasan yang menarik karena kemiripan dari kedua jenis sepeda ini. Apa perbedaan mendasar antara kedua sepeda ini?

Sejarah

Cyclocross sudah ada lama sekali, jauh sebelum sepeda gunung ada. Kegiatan cyclocross tercatat pertama kali diadakan di tahun 1902. Kini cyclocross merupakan salah satu disiplin olahraga yang paling pesat berkembang di dunia sepeda dan merupakan bagian dari kompetisi resmi yang dinaungi oleh UCI.

Sepeda gravel sendiri baru dikenal beberapa tahun belakangan ini. Sepeda gravel, menurut sebuah sumber, tercatat pertama kali tampil tahun 2014 (sumber lain mengatakan tahun 2012). Salah satu kompetisi yang dikenal dari perlombaan gravel bike adalah Dirty Kanza.

Sepeda Cyclocross

Sepeda cyclocross pada dasarnya adalah roadbike dengan drop bar yang di desain untuk perlombaan di lintasan offroad dengan rintangan alami atau buatan yang memaksa penunggangnya untuk turun dan memanggul sepedanya melewati rintangan.

Fitur fitur pada sepeda cyclocross antara lain:

1. Geometri kompetisi: memiliki headtube yang lebih pendek, top tube lebih panjang, head & seat angle lebih steep, yang mengakibatkan posisi rider lebih rendah memanjang ideal untuk race.

2. Top tube horisontal: memudahkan penunggang untuk memanggul sepeda dibahu.

3. BB lebih tinggi: untuk memberikan ruang yang lebih leluasa melewati rintangan.

4. Ukuran ban: ukuran maksimum yang diijinkan UCI (perlombaan resmi) adalah 33mm.

Salah satu rintangan pada kompetisi cyclocross yang memaksa para atlit untuk memanggul sepedanya – Photo: Cycling Weekly

Sepeda Gravel

Gravel bikes adalah roadbike yang tangguh yang sanggup untuk dibawa di lintasan, seperti namanya gravel yang berarti kerikil, cross country ringan, bebatuan kecil, meskipun tidak terbatas pada itu saja.

Memiliki geometri dan handling yang lebih relaks dibanding sepeda cyclocross.

Fitur fitur pada sepeda gravel antara lain:

1. Endurance geometri: head tube lebih tinggi, top tube lebih pendek, head & seat angle yang lebih slack, menghasilkan posisi posisi riding yang lebih tegak dan nyaman, untuk membantu rider dari rasa lelah dan sakit, terutama untuk bersepeda dijangka waktu yang lama.

2. Handling: stabil hasil dari head angle yang relatif slack

3. Uk roda: lebih fleksible 700c atau 650b

4. Uk ban: bisa menggunakan ban dengan lebar s/d 47mm (semakin lebar lebih nyaman)

5. Mudguard/pannier: banyak digunakan pada sepeda gravel khususnya yang melakukan aktifitas adventure.

6. Gearing: sepeda gravel menggunakan gearing yang relatif lebih cocok untuk digunakan disegala lintasan dibandingkan cyclocross yang lebih untuk kompetisi.

Kompetisi adventure sepeda gravel Dirty Kanza yang pada awalnya hanya merupakan perlombaan berjarak 200 mil, kini juga menawarkan kompetisi berjarak 25, 50, 100 bahkan 350 mil – Photo: Gravel Guru

Santa Cruz sendiri mengeluarkan Stigmata yang pada awalnya berlabel sepeda cyclocross. Meskipun demikian Stigmata edisi terbaru diklaim perpaduan dari kedua sepeda, bisa jadi gravel maupun cyclocross.

Ref: disadur dan diterjemahkan dari media online oleh reps SCI

Leave a Reply