Himalaya Epic Ride
And The Day Begin…
Jakarta, 27 September 2019.
Hari yang sudah di tunggu – tunggu akhirnya tiba, berawal dari cita cita bersepeda di pegunungan Himalaya yang melegenda. Akhirnya Lower Mustang, Epic Ride di jadikan sebagai salah satu agenda “ Santa Cruz Indonesia Bike Tour 2019”. Berbagai informasi kita kumpulkan, mulai dari karakter trek, cuaca, bulan yang baik untuk riding, budaya setempat, makanan setempat, transportasi, dan lain lain untuk mendapatkan informasi yang benar sebagai awal penyusunan jadwal dan persiapan para Santa Cruzers nanti.
Hari itu pun tiba, 13 Riders Santa Cruz Indonesia sangat senang, dengan persiapan yang matang dari tiga bulan sebelum keberangkatan kita bentuk group kecil untuk sosialisasi informasi sebagai bekal untuk persiapan, baik fisik maupun mental.
Ini adalah perjalanan bersepeda yang menakjubkan bagi kami yang benar-benar ingin mencoba pengalaman yang menakjubkan dan mengeksplore seluruh Nepal dari Himalayan Epic Ride hingga topografi dataran rendah tropis di Jhomsom – Muktinath yang merupakan situs ziarah terkenal bagi umat Hindu dan Budha. Kami akan berkendara melalui desa-desa yang masih asli, ditampung oleh beragam kelompok orang pribumi yang cantik, dipeluk oleh puncak gunung yang tinggi, budaya yang unik dan gaya hidup otentik. Ini adalah perjalanan di gunung dengan jalur berorientasi Enduro, namun kami juga dapat menikmati jenis jalur XC untuk menyesuaikan perjalanan dengan keinginan fisik dan teknis kita atau kebutuhan untuk pengalaman bersepeda gunung yang indah di jalur Himalaya. Menikmati pengalaman bersepeda yang luar biasa di antara dua gunung setinggi delapan 8000 mdpl Dhaulagiri dan Annapurna I, saat kita akan berkendara melalui ngarai terdalam di dunia.



Awesome Kathmandu
Perjalanan kami tempuh dari Jakarta ke Bangkok (transit), kemudian melanjutkan penerbangan langsung ke Kathmandu. Di Kathmandu rencananya kami menginap sehari kemudian melanjutkan perjalanan darat ke kota Phokara (Kota terbesar ke-2 di Nepal). Kebetulan saat itu sedang musim festival di Nepal, dimana jalan menuju Phokara di penuhi warga yang melaksanakan festival di jalan-jalan yang mengakibatkan kemacetan yang luar biasa. Akhirnya kita putuskan perjalanan ke Phokara yang tadinya menggunakan mobil di ganti menjadi menggunakan pesawat. Hal baiknya , kita mempunyai waktu untuk mengeksplore lebih lama kota Kathmandu. Kami punya waktu sehari di Kathmandu untuk menjelajahi kota yang eksotis ini. Beberapa tujuan sudah kita tentukan untuk di kunjungi, salah satunya adalah wisata di Thamel. Thamel adalah area berkumpulnya pejalan dan petualang dari seluruh dunia yang bermaksud menikmati Nepal dengan berbagai cara. Di dalam area yang berbentuk labirin tersebut terdapat banyak penginapan, pedagang souvenir, toko peralatan outdoor, kafe, restoran, toko buku, hingga travel agent. Jika kalian adalah pemburu barang-barang antik dan souvenir berlanggam Himalaya, maka Thamel adalah area yang tepat untuk berburu hingga puas.

Mengunjungi Kuil-Kuil dan Pashupatinath
Sebagai negara berlatar belakang Hindu dan Budha yang teramat kental, kuil menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup keseharian rakyat Nepal. Hampir semua kuil besar yang ada di Nepal memiliki sejarah dan arsitektur yang menarik untuk di gali. Salah satunya adalah Kuil Swayambunath yang memiliki kemuncak blink-blink keemasan dan terletak di atas bukit. Kuil ini di huni banyak kera – kera local seperti monkey forest di Bali. Jika di Bali kalian harus menunggu saat tertentu untuk dapat menyaksikan upacara pembakaran jenazah/Ngaben, maka di Kathmandu kalian bisa menyaksikan kapanpun kalian mau. Tempat kremasi di Pashupatinath ini adalah tempat kremasi terbesar di dunia. Lokasinya terdapat sungai yang mengalir untuk melarutkan abu jenazah. Tempat kremasi di bagi beberapa tempat untuk penduduk, sesuai dengan tingkat derajat kedudukannya menurut adat setempat. Bagi penduduk yang kastanya rendah, maka pelaksanaan kremasinya di pinggir sungai, kemudian langsung di larutkan abunya ke sungai. Bagi yang kasta/derajatnya tinggi, maka ada tempat khusus untuk upacara dan pembakaran jenazah sesuai dengan derajat jenazah tersebut.
Tidak terasa waktu seharian kita habiskan di Kathmandu menikmati tempat tempat yang unik yang terdapat di Kathmandu. Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke kota Pokhara menggunakan pesawat.


Pokhara Ohh Pokhara…
Dari Kathmandu, Phokara berjarak sekitar 200 Km, atau sama jauhnya dengan jarak Jakarta- Cirebon. Melalui perjalanan darat dapat di tempuh sekitar 7-8 Jam. Jika menggunakan pesawat hanya di tempuh 25 menit. Sesampainya di bandara Phokara hari sudah menjelang sore. Dari bandara kami menempuh perjalanan sekitar 20 menit perjalanan dengan menggunakan bis menuju hotel tempat Cruzers menginap. Tidak membuang-buang waktu, setelah kami cek in di hotel, waktu yang ada kami manfaatkan untuk jalan-jalan menyusuri Danau “Phewa”. Danau Phewa menjadi tempat melepas penat bagi wisatawan yang berpetualang ke Himalaya. Danaunya indah dan tertata rapi. Phokara adalah kota yang sejuk, tenang dan tidak seperti di Kathmandu yang lalu lintasnya lebih semrawut. Kalau kita umpamakan di Indonesia, Pokhara ini mungkin seperti Bogor.



Jhomson Aduhai…
Keesokan hari Cruzers melanjutkan perjalanan ke Jhomson menggunakan pesawat dari Phokara, pagi-pagi sekali kami sudah datang ke bandara Phokara. Dalam 1 hari hanya ada 1 jadwal penerbangan sekitar jam 9 pagi, diluar waktu itu cuaca tidak memungkinkan. Pesawat kami sempat mengalami delay selama 3 jam karena cuaca buruk. Akhirnya setelah 3 jam menunggu pesawat kami diijinkan terbang ke Jhomson. Perjalanan pesawat sudah 20 menit mengudara menuju jhomsom, tapi kurang beruntung pesawat tidak bisa landing karna cuaca buruk. Akhirnya di putuskan pesawat kembali ke Phokara. Rencanapun berubah tidak ada jaminan pesawat kami bisa terbang di hari itu. Beegitupun besok pagi, juga tidak ada jaminan pesawat bisa terbang lagi. Begitulah Nepal, karna geografisnya yang serba gunung, tidak bisa di pastikan cuaca dari waktu ke waktu akan selalu baik dan pesawat bisa melakukan penerbangan. Akhirnya kita putuskan untuk naik Jeep 4×4 ke Jhomson melalui perjalanan darat selama 12 Jam. Dan… akhirnya petualangan di mulai.. 😀 Semua keseruan di mulai dari sini. Perjalanan 12 Jam menyusuri pegunungan dan sungai yang membentang dari India ke China melewati Nepal .Ini petualangan yang susah di dapatkan selama hidup, benar-benar medan yang sulit di taklukan. Dua kendaraan 4×4 yang harus di gunakan, medan di lereng gunung yang becek menyusuri lereng gunung yang sangat terjal, jika berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan, maka membutuhkan skill driver yang mumpuni untuk melewati itu.
Selama perjalan detak jantung kami berdetak sangat kencang, jurang yang dalam kita lewati, di bawah ada sungai yang menganga, jalur tanah yang sempit bebatuan menyusuri gunung yang indah dan sungai yang mempunyai batu marmer yang cantik sepanjang perjalanan. Aneka ragam penduduk yang punya budaya yang unik, beberapa kali berpapasan dengan penggembala kambing yang turun dari pegunungan dengan berjalan kaki menggiring kambing-kambing yang jumlahnya ratusan ekor. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. Kearifan lokal yang menakjubkan bagi mata kami. Susah di ungkapkan dengan kata-kata. What a beautiful live… Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 12 jam, akhirnya sekitar jam 2 malam kami tiba di penginapan di daerah Kagbeni. Sepertinya tidak banyak yang bisa kami lakukan malam itu, karena memang sudah sangat lelang setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang melalui jalur darat, kami semua langsung beristirahat untuk persiapan gowes besok hari.




Riding Day
Pagi yang cerah pukul 06.00 pagi kami melihat dari balik jendela kamar, wooww… benar-benar pemandangan pegunungan es yang sangat indah bisa kami lihat dari jendela. Warga sana biasa menyebutnya Annapurna I. Sarapan khas masakan Tibet pun sudah tersaji di meja makan untuk kami nikmati di pagi itu.

Setelah briefing dan menyiapkan sepeda, riding hari pertama dimulai. Perjalanan menuju Mukhtinat 3800 Mdpl menggunakan jeep 4×4. Sepanjang perjalanan ke Muhktinath lagi-lagi kami disajikan pemandangan alam yang luar biasa, susunan tanah liat purba, ladang penduduk yang cantik, kuil yang eksotis di kiri dan kanan pemandangan gunung es yang menakjubkan.

Dari titik loading di Muktinath menuju Lubra 4200 Mdpl, kami diuji karena pasokan oksigen yang tipis dan tanjakan yang terjal serta angin kencang membuat kami dihadapkan pada kemampuan fisik dan mental yang kuat. Untungnya kami sebelumnya sudah melakukan perjalanan darat selama 12 jam yang membuat kami beradaptasi dengan ketinggian. Alhamdulilah semua peserta lulus pada tahap ini. Riding pertama kami dengan tujuan Kalopani. Selama riding hamparan gunung es terlihat dan gunung – gunung cantik yang kami lewati, pada saat musim dingin menjadi gunung- gunung es.
Kami akan berkendara melalui bagian selatan Kerajaan Lo Kuno,
yang terletak di hulu ‘ngarai terdalam di dunia’, sungai Kali Gandaki.
Meskipun bagian utara adalah area terlarang, kami bebas berkendara dan
menjelajahi jalan setapak di sini di Lower Mustang, untuk
menikmati keanekaragaman Nepal yang luar biasa. Daerah ini memiliki
jalur tunggal yang menakjubkan yang akan menarik bagi semua pesepeda
gunung dan Enduro serta jalur jeep dan jalur tunggal yang dramatis yang
akan membawa senyum ke wajah pengendara sepeda gunung mana pun.






Ganja Trail
Riding hari kedua kami mengambil Rute Kalopani ke Tathopani. Rute ini berbeda dengan rute Muhktinath-Kalopani. Rute ini terdapat banyak pepohonan yang sejuk dan di kelilingi banyak pohon ganja sepanjang perjalanan. Maka dengan kesepakatan marshal, kita namai jalur ini dengan nama Trek Ganja :D. Banyak pohon ganja tumbuh lebat di sepanjang trek yang kami lalui. Tipikal track ini adalah hutan dengan vegetasi tumbuhan keras, bebatuan dan pohon-pohon semak yang salah satunya adalah pohon ganja. Sepanjang perjalanan kami lalui sungai Gandhagi yang membentang dari India ke China melalui Nepal. Lagi-lagi pemandangan yang menakjubkan yang kita jumpai.




Menyusuri pegunungan di lereng gunung yang indah yang di bawahnya sungai yang sangat besar dan eksotis. Beberapa kali kami melewati air terjun yang cantic, juga bebatuan granit dan marmer di bibir jurang yang ada di sekitar sungai. Sesekali kami juga bertemu dengan peternak kambing yang menggiring kambingnya yang jumlahnya bisa ratusan bahkan ribuan ekor. Lagi-lagi pemandangan yang menakjubkan. Kami juga melewati jembatan gantung yang menjadi ciri khas negara Nepal di pegunungan Himalaya. Angin kencang dan dalamnya ratusan meter jurang yang menjadi tantangan dalam melewati salah satu jembatan gantung di Nepal yang iconic ini. Benar-benar pengalaman yang sangat luar biasa.






Trip Santacruz Indonesia saat ini boleh di bilang, “kita memasuki dunia lain yang menakjubkan alamnya”, yang selama ini hanya bisa dilihat di foto-foto Kalendar dan ulasan-ulasan di TV. Dan akhirnya Santa Cruz Indonesia menjadi komunitas MTB di Indonesia yang pertama menginjakan sepeda MTB di Lower Mustang. Semoga di kemudian hari , banyak komunitas MTB dari Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengeksplore bagian dari pegunungan Himalaya yang sangat indah ini.
Go Santa Cruzers…

Next Post
aduh kapan bisa kesini :))
Eksotis place